Home » Opini » Ahmad Taufiq : 40 Tahun Lakpesdam NU antara Turats dan Menggerakan Ijtihad Sosial

Ahmad Taufiq : 40 Tahun Lakpesdam NU antara Turats dan Menggerakan Ijtihad Sosial

Redaksi 10 Apr 2025 52

Empat dekade bukan sekadar hitungan usia. Bagi Lakpesdam NU, ini adalah cermin perjalanan panjang, dari sekadar pelengkap struktural menjadi nadi peradaban, dari ruang-ruang diskusi hingga menyentuh denyut masyarakat. Sebagai bagian dari keluarga besar Lakpesdam, saya merasa terpanggil untuk merefleksikan titik ini, adalah sebuah momentum penting dalam upaya menegaskan kembali posisi Lakpesdam sebagai Badan Perencanaan Strategis dan think tank Nahdlatul Ulama, sekaligus pelaku transformasi sosial berbasis nilai.

Di bawah kepemimpinan K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), Lakpesdam PBNU dan dibidani ulang kelahirannya oleh Gus Ulil Abshar Abdalla dan Hasanuddin Ali Lakpesdam NU semakin menampakkan wajahnya sebagai badan perencanaan yang tak sekadar mengandalkan semangat, tapi juga dibekali riset, data, dan kebijaksanaan. Peran Lakpesdam tidak hanya di belakang layar menyusun narasi, tapi ikut turun menyapa realitas, menjembatani gagasan keadilan dengan praktik lapangan. Lihat saja kasus PIK 2 di Tangerang: bagaimana PCNU, melalui LBH dan jejaring risetnya, mampu hadir secara konkret mendampingi warga, mengadvokasi hak, dan memberi warna dalam kebijakan nasional. Ini bukan sekadar aktivisme, ini ijtihad sosial berbasis maqashid syariah.

Lakpesdam juga berperan membumikan siyasah waṭaniyyah, politik kebangsaan khas NU yang mengedepankan solusi win-win, menolak gaya provokatif, serta teguh dalam keberpihakan pada yang lemah tanpa menjadi reaktif. Saya pribadi sangat senang dan bahagia, bahwa di sinilah NU menunjukkan kelasnya: 𝙗𝙖𝙝𝙬𝙖 𝙠𝙚𝙗𝙚𝙧𝙥𝙞𝙝𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙩𝙖𝙠 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙠𝙚𝙧𝙖𝙨 𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖, 𝙩𝙖𝙥𝙞 𝙝𝙖𝙧𝙪𝙨 𝙟𝙚𝙡𝙖𝙨 𝙙𝙖𝙩𝙖, 𝙗𝙞𝙟𝙖𝙠 𝙨𝙞𝙠𝙖𝙥, 𝙙𝙖𝙣 𝙘𝙚𝙧𝙙𝙖𝙨 𝙣𝙖𝙧𝙖𝙨𝙞. 𝘿𝙞 𝙩𝙚𝙣𝙜𝙖𝙝 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜 𝙜𝙖𝙙𝙪𝙝, 𝙉𝙐 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪𝙞 𝙇𝙖𝙠𝙥𝙚𝙨𝙙𝙖𝙢 𝙢𝙚𝙣𝙟𝙖𝙬𝙖𝙗 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙥𝙖𝙡𝙖 𝙙𝙞𝙣𝙜𝙞𝙣 𝙙𝙖𝙣 𝙝𝙖𝙩𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙝𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩.

Kini, di usia 40 ini, Lakpesdam memasuki era baru. Era dimana perubahan begitu cepat, tak terduga, dan kompleks. Dunia tengah berada dalam pusaran disrupsi digital, krisis iklim, ketidakpastian geopolitik, serta fragmentasi sosial akibat banjir informasi. Kita dituntut untuk tidak sekadar adaptif, tapi proaktif dan transformatif. Di tengah itu semua, Lakpesdam harus tumbuh progresif tanpa kehilangan akar. Pemberdayaan harus bergeser dari sekadar akses menuju keberdayaan yang mandiri dan berkelanjutan. Bersama generasi muda, kita harus menjadi pelita dengan menyuarakan dan menciptakan perubahan sekaligus.

Bukan mustahil, Lakpesdam NU hari ini bisa menjadi pelita zaman seperti halnya Bayt al-Hikmah dahulu. Ia tak hanya meneliti untuk tahu, tapi mengkaji untuk bertindak. Membela yang lemah, membangkitkan kesadaran, dan menanam benih-benih peradaban dari akar yang paling dalam.

Dalam refleksi pribadi ini, saya juga melihat bahwa arah idealitas Lakpesdam ke depan tidak boleh keluar dari jalan thariqah an-Nahdliyah seperti yang sering disampaikan oleh Gus Aunullah A’la Habib. Lakpesdam bukan sekadar lembaga teknokratik, tetapi harus tetap menjadi penjaga turats keilmuan pesantren. Riset-riset sosialnya perlu berpijak pada epistemologi ushul fiqh, maqashid syariah, dan nilai-nilai tasawuf akhlaki. Tajdid sosial dilakukan dengan tadarruj (bertahap) dan hikmah, bukan dengan pendekatan instan apalagi emosional.

Paradigma wasathiyyah adalah jantung dari setiap ijtihad sosial kita. Di tengah tarik-menarik wacana ideologi, Lakpesdam harus terus meneguhkan posisi NU sebagai pelaku perubahan yang moderat, adil, dan humanis. Tidak ikut larut dalam ekstremitas, namun juga tidak abai terhadap penderitaan sosial. Di titik inilah Lakpesdam mesti menjadi penggerak, bukan hanya penonton dan komentator.

Ke depan, saya sebagai santrinya Prof Mahmud Syaltout, membayangkan Lakpesdam tidak sekadar menjalankan program tahunan, tapi menjadi mazhab pemikiran NU yang sistematis. Seperti Al-Ghazali merumuskan sintesis antara tasawuf dan syariah, Lakpesdam harus mampu memformulasikan paradigma Aswaja dalam kebijakan publik dan pemberdayaan sosial yang khas dan aplikatif. Inilah saatnya kita membangun school of thought ala Nahdlatul Ulama.

Dan yang paling penting, nilai-nilai spiritual harus tetap menjadi jantung gerakan. Ikhlas, tawadhu’, mujahadah, dan tsiqah, semua itu bukan jargon, tapi DNA dari thariqah an-Nahdliyah. Program-program kita tidak boleh semata didorong oleh logika proyek, tapi oleh semangat ibadah sosial. Aktivisme dan spiritualitas harus berjalan seiring, agar khidmah ini tidak kehilangan ruh.

Selamat Hari Lahir ke-40 Lakpesdam NU!

 

Penulis : Ahmad Taufiq – Pengurus LAKPESDAM PCNU Kab. Magelang.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Kemandirian Melangit dan Membumi (Bag-II)

admin

21 Mar 2025

Kemandirian adalah kemampuan seseorang, komunitas, masyarakat, organisasi, lembaga, instansi atau negara untuk mengatur diri sendiri, membuat kebijakan, keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mengambil tindakan tanpa bergantung pada pihak lain. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri (sdm maupun sda), sarana dan prasarana dalam …

Kemandirian Melangit dan Membumi (Bag 1)

admin

19 Mar 2025

Kemandirian adalah kemampuan seorang individu, masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, komunitas, dan atau institusi negara untuk mengatur diri sendiri, membuat kebijakan, keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mengambil tindakan tanpa bergantung pada pihak lain.  Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri (baca; sumber daya manusia …

Nuzulul Al-Quran Sebagai Titik Awal Peradaban Islam

admin

18 Mar 2025

Ramadan adalah bulan diturunkan Al-Quran atau  Nuzulul Quran, ayat pertama kali turun adalah “Iqra” atau membaca, ayat ini terdapat dalam permulaan surat Al-’Alaq, surat yang diturunkan pertama kali di Mekah kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu apa yang harus dibaca ( maa ana bi qari) ? yang harus dibaca adalah pencipta (Khaliq) dan ciptaan (makhluk).  اقْرَأْ …

Dari Politisi Menjadi Ulama Terkemuka

admin

15 Mar 2025

Segera setelah Ayah Hisyam II dari dinasti Hakam II memberikan karpet merah pada anak remajanya itu untuk melanjutkan kekuasaan di Cordoba perkiraan antara tahun 976-1009 Masehi, situasi politik di Kota tersebut mulai tak terkendali dan bahkan memburuk. Sebab pejabat-pejabat di lingkaran Istana yang menjadi pelaksana harian politik Hisyam II, sang penguasa yang masih muda itu …

Terminologi Ulama dalam Perspektif Islam

admin

14 Mar 2025

Makna Ulama menurut Al-Qur’an dan Hadits dapat dijelaskan sebagai orang yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam, khususnya dalam hal ilmu tentang Allah, wahyu-Nya, serta ajaran-ajaran Islam. Berikut adalah sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadis yang menyebutkan tentang ulama: 1.Makna Ulama dalam Al-Qur’an Surah Al-Fathir ayat : 28. اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ …

Dari Gus Dur Kita Belajar Tentang Pembaharuan NU (I)

admin

10 Mar 2025

Setelah wafat KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) pada 30 Desember 2009 banyak murid dan pengikutnya menyebut bulan Desember sebagai bulan Gus Dur. Berbagai ucapan, tulisan,opini, esai, meme, dan diskusi-diskusi bertemakan tentang pemikiran Gus Dur diselenggarakan, bertebaran banner, leaflet digital memenuhi linimasa media sosial kita. Jika boleh dikenakan dalam istilah sekarang Point of View (POV) Gus …

x
x