
Menghamba Melalui Kesalehan Etika, Ritual dan Sosial
Pada bulan Ramadan di banyak tempat orang-orang berbicara tentang keinginan banyak merengkuh bongkahan tempat peribadatan, berduyun-duyun mendekati Tuhan. Mereka menghabiskan waktu dalam mantra-mantra doa, dzikir, ritual, dan bahkan ibadah secara bersemedi di tempat-tempat sunyi, dan menjauhi hiruk pikuk dunia. Lalu apakah mendekati Tuhan sebatas itu?
Para nabi dan tokoh-tokoh spiritual dahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan Tuhan bukan hanya urusan ibadah secara individual, melainkan juga bagaimana mereka hadir membantu rakyat jelata yang tertindas, mereka bersama rakyat jelata bergaul dalam kerumunan bahasa kaumnya, meski sebagai pemuka agama (baca; elit agamawan), namun strata sosial tidak menjadi jurang yang cukup dalam pada muamalat orang-orang saleh itu.
Para nabi dan orang-orang pemuka spiritual dalam kesejarahannya mereka tidak saja komat-kamit berkhotbah memberi petuah di majelis-majelis zawiyah, tidak pula hanya berujar di mimbar-mimbar masjid, dan mereka tidak saja memberi bimbingan seminar-seminar pada kelompok intelektual, atau ceramah pada pelatihan-pelatihan dan kiat-kiat sukses hidup, akan tetapi para nabi dan para pewarisnya berada dalam himpitan-himpitan kegelisahan orang tertindas nan papa, menjadi maisyah untuk kalangan yang lemah, ini yang disebut Ali Syari’ati sebagai ” Rausyan Fikr ” yakni intelektual yang tercerahkan.
Seorang “rausyan fikr” yang disebut Syariati yang paling dekat adalah salah satunya almarhum Gus Dur, tokoh NU yang dianggap wali ini memiliki strategi dalam implementasi di tengah umat, tidak seperti elit pada umumnya, yang mana ketika ia menjadi Presiden maupun Ketua umum PBNU berbaur dengan semua rakyat tanpa kecuali, dan tidak pernah merasa paling superior ketika bersama masyarakat. Selain itu, kerendah hatian, ketulusan, dan kesederhanaan Gus Dur merupakan faktor yang penting ajaran pewaris nabi itu. Konon ada yang bercerita saat tinggal di Pesantren Annuqayah, Gus Dur tidak mau tidur di rumah (ndalem) pengasuh, yaitu di rumah K.H Abd Basith AS. Ia memilih bersama yang lain tidur di pondok, Gus Dur hidup membaur dengan para santri dan masyarakat. Sikap dan perilaku semacam itu menjadikan para kiai, santri, dan masyarakat demikian termangu melihatnya, karena Gus Dur ternyata tidak hanya abstraksi retorik, akan tetapi justeru membaur tanpa membedakan strata sosial pada tataran praksis.
Misi ilahi para nabi dan orang-orang saleh dahulu, pertimbangan penting paling utama setelah mengajarkan monoteisme adalah kesalehan sosial yang mana harus melampaui kesalehan ritual. “Tidaklah kami utus ke muka bumi ini tak lain untuk menjadi rahmat bagi semesta alam” demikian pula para pewaris nabi melakukan keseimbangan (tawazun) antara kehidupan ritual dan sosial dan bahkan perilaku sosial melampaui ritus-ritus ibadah individual.
Kata Ibnu Qutaibah Ad Dinawari dalam pengantar kitabnya Uyunul Akhbar, bahwa bentuk penyembahan diri kepada Tuhan sangat beragam, bukan terletak pada shalat, puasa, tahajjud saja, melainkan banyak pintu, dan banyak jalan untuk beribadah kepada Allah itu. Lebih jauh dalam sebuah keterangan hadits disebutkan bahwa ” Allah sangat murka kepada orang-orang yang sehari-hari memakai jubah agama seperti baju para nabi, akan tetapi perbuatan mereka seperti orang-orang pendosa “.
Penjelasan dan kritik di atas mengindikasikan betapa dimensi ibadah kepada Allah bukan saja ibadah ritual, sekaligus kritik atas orang-orang yang selalu menggunakan formalitas dan simbol agama saja, apalagi terkait dengan perbuatan kekuasaan atau power, pemandangannya seperti Fir’aun. Ia tampak menakjubkan, tapi sekaligus menakutkan. Orang-orang akan berkerumun di hadapan kekuasaan itu pakai jubah intelektual, agama, seragam serdadu, preman atau baju kebesaran para juragan untuk menyanjung nya, padahal semua fatamorgana jika kesalehan etika dan sosial absen pada individu maupun institusi apa pun.
Menghadirkan substansi agama dan pesan-pesan moral ilahi merupakan ajaran yang harus lebih didahulukan, meminjam bahasa mendiang almarhum Kang Jalal; mendahulukan akhlak diatas fiqih. Terlebih dalam konteks sekarang yang mana di berbagai sendi kehidupan pesan moral dan etika telah absen pada sendi-sendi agama, sosial, hukum, dan politik kita, bahkan pada titik terendah kesalehan ritual mampu menihilkan moral. Bukankah nabi diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak (moral) ?.
Maka dengan demikian dalam ajaran Islam bentuk strata sosial digambarkan sebagai sistem universalitas ( rahmatan lil alamin) yang mendorong manusia untuk saling menghormati, menghargai, membantu, dan memberikan manfaat satu sama lain tanpa membeda-bedakan agama, etnik, ras, status sosial, gender, genealogis, dan sejenis lainnya, semua sama, pengecualian dalam keunggulannya mereka dalam kesalehan moral, ritual dan sosial yang dibalut taqwa kepada Allah swt. []
Penulis : WS Abdul Aziz Katib Syuriah MWC NU Cicendo Kota Bandung.
Redaksi
15 Des 2025
Perselisihan internal dalam tubuh Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah anomali dalam sejarah NU. Sejak berdiri 1926, jam’iyah NU mengalami berbagai ketegangan internal yang justru sering menjadi mekanisme penyesuaian organisasi. Akan tetapi, kemelut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada periode sekarang (2024–2025) memperlihatkan karakter yang berbeda dari konflik-konflik sebelumnya, khususnya jika dibandingkan dengan era Gus Dur …
Redaksi
26 Nov 2025
Dalam sejarah Intelektual klasik Islam, ada dua nama tokoh terkemuka yang menguncang khasanah kesarjanaan Islam baik di timur maupun di barat, yaitu Imam Ghazali (450–505 H) dan Ibnu Rusyd (520–595 H), mereka berdua sering diposisikan sebagai sosok yang mewakili dua arus pemikiran berbeda : spiritualitas dan rasionalitas, tasawuf dan filsafat, bahasa lainnya hati dan akal. …
Redaksi
23 Nov 2025
Kemelut yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada masa sekarang tahun 2025, bukanlah peristiwa pertama dalam sejarah perjalanan organisasi ini. NU sebagai organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia dengan ratusan jutaan warga dan ribuan pesantren tentu tidak luput dari dinamika internal, perbedaan pendapat, atau ketegangan antar-elitis. Dalam organisasi besar, gesekan adalah sesuatu yang …
Redaksi
14 Nov 2025
Sebelum membicarakan pemikiran Ibnu Rusyd atau Averoes di dunia Barat biasa disebut, terlebih dahulu mengetahui historiografi atau latar belakang Ibnu Rusyd dan aktivitas intelektualnya, berdasarkan sumber-sumber primer yang saya baca, ini cukup penting diketahui. Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd lahir di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M, di …
Redaksi
31 Okt 2025
Majalah The Economist memuat kata tahunan pada tahun 2024 lalu, sangat menarik. Laporan itu memilih frasa “kakistokrasi” untuk menggambarkan kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kembalinya Trump ke Gedung Putih menurut laporan The Economist itu membawa pada konsekuensi penting, bukan saja bagi negara adikuasa itu sendiri, akan tetapi bagi negara tetangga dan …
Redaksi
28 Okt 2025
Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …
10 Mar 2025 370 views
Dalam peradabanya Islam merupakan agama yang sangat mempengaruhi dunia, setelah Kristen. Islam selalu diidentikan di mana asal agama tersebut dilahirkan, yaltu bangsa ‘Arab. Tradisi ‘Arab sangat mempengaruhi ajaran Islam. Pada perjalanannya praktik Islam pun selalu tersisipkan nilai-nilai budaya ‘Arab. Sehingga setiap kali Islam ditemui, maka tradisi ‘Arab kita jumpai. Lalu apakah tradisi ‘Arab menjadi praktik dalam …
09 Mar 2025 393 views
Perkembangan tradisi keilmuan Islam pada abad ke-3 H melalui pendirian Khazain al-Hikmah berupa perpustakaan pribadi Ja’far al-Manṣûr yang diperluas pada masa Al-Mahdî sebagai Bait al-Hikmah menandai penerimaan atau setidaknya pengaruh berbagai aliran filsafat Yunanî (falsafah al-Yunân) sebagai bagian panjang diskursus epistemologi Islam. Pengaruh filsafat Yunani tidak hanya terbatas pada aliran peripatetik (masyâiyyah) yang ditandai penerjemahan bagian-bagian …
26 Okt 2025 136 views
LINGKUP, Jakarta – Keluarga Besar K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengadakan acara peletakan batu pertama, menandai dimulainya pembangunan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara KH Abdurrahman Wahid di Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu, 25/10/2025. Istri dari Gus Dur, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengatakan bahwa gagasan pembangunan pusat kajian tersebut berawal dari amanat langsung Gus Dur sebelum wafat. …
15 Des 2025 27 views
Perselisihan internal dalam tubuh Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah anomali dalam sejarah NU. Sejak berdiri 1926, jam’iyah NU mengalami berbagai ketegangan internal yang justru sering menjadi mekanisme penyesuaian organisasi. Akan tetapi, kemelut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada periode sekarang (2024–2025) memperlihatkan karakter yang berbeda dari konflik-konflik sebelumnya, khususnya jika dibandingkan dengan era Gus Dur …
04 Sep 2025 235 views
Sejak kelahirannya Nabi Muhammad saw adalah manusia paling suci yang mana beliau tidak memiliki sedikitpun keburukan, beliau adalah seorang yang maksum. Moral etik selalu melekat dalam kesehariannya dan menyempurnakan akhlak menjadi misi utama dalam kerasulannya setelah menegakkan ajaran monoteis (Tauhid). Dua misi ini menjadi prinsip dasar ajaran Islam pada masa awal, yaitu doktrin Tauhid dan …
18 Mar 2025 466 views
Ramadan adalah bulan diturunkan Al-Quran atau Nuzulul Quran, ayat pertama kali turun adalah “Iqra” atau membaca, ayat ini terdapat dalam permulaan surat Al-’Alaq, surat yang diturunkan pertama kali di Mekah kepada Nabi Muhammad SAW. Lalu apa yang harus dibaca ( maa ana bi qari) ? yang harus dibaca adalah pencipta (Khaliq) dan ciptaan (makhluk). اقْرَأْ …
19 Mar 2025 460 views
Kemandirian adalah kemampuan seorang individu, masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, komunitas, dan atau institusi negara untuk mengatur diri sendiri, membuat kebijakan, keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mengambil tindakan tanpa bergantung pada pihak lain. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri (baca; sumber daya manusia …
Comments are not available at the moment.