Home » Opini » Mengintegrasikan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd

Mengintegrasikan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd

Redaksi 26 Nov 2025 19

Dalam sejarah Intelektual klasik Islam, ada dua nama tokoh terkemuka yang menguncang khasanah kesarjanaan Islam baik di timur maupun di barat, yaitu Imam Ghazali (450–505 H) dan Ibnu Rusyd (520–595 H), mereka berdua sering diposisikan sebagai sosok yang mewakili dua arus pemikiran berbeda : spiritualitas dan rasionalitas, tasawuf dan filsafat, bahasa lainnya hati dan akal.

Padahal, apabila ditelaah lebih dalam, kedua tokoh ini tidak sedang memperjuangkan dua jalan yang saling menafikan, melainkan dua pendekatan penting yang saling melengkapi dalam membangun peradaban.

Imam Ghazali menegaskan bahwa keberhasilan peradaban hanya mungkin terwujud apabila manusia memulai dari pembersihan jiwa, adab, dan kesadaran batin. Melalui karya-karya seperti Iḥya ‘Ulūmud-Dīn dan Al-Munqidh min Al-Ḍalāl, ia menunjukkan bahwa ilmu tanpa integritas moral akan melahirkan kerusakan. Ia menyatakan :

“العِلْمُ بِلَا عَمَلٍ جُنُونٌ، وَالعَمَلُ بِلَا عِلْمٍ لَا يَكُونُ.”

“Ilmu tanpa amal adalah kegilaan dan amal tanpa ilmu tidak akan tegak”.

Sebaliknya, Ibnu Rusyd tampil dengan kerangka rasionalitas yang kuat. Ia meyakini bahwa syariat memerintahkan manusia untuk menggunakan akal sebagai sarana memahami realitas dan ayat-ayat Tuhan. Dalam Faṣl Al-Maqāl, ia menegaskan :

“النَّظَرُ العَقْلِيُّ الَّذِي دَعَا إِلَيْهِ الشَّرْعُ وَاجِبٌ شَرْعًا.”

“Penalaran akal yang diperintahkan syariat adalah kewajiban secara syar‘i”.

Kedua pernyataan ini, apabila dipadukan, menunjukkan bahwa kemajuan Islam tidak mungkin dicapai dengan hanya mengedepankan akal tanpa spiritualitas, atau sebaliknya spiritualitas tanpa metodologi ilmiah. Yang diperlukan adalah sintesis : akal yang jernih dan hati yang bersih; Etika Ghazalian dan Logika Rusdhian.

Pada masa kini, umat Islam menghadapi tantangan multidisipliner, sains dan teknologi, ketimpangan sosial, tata kelola negara, etika publik, perubahan budaya dan krisis spiritual. Keduanya menawarkan kerangka yang saling mengisi :

Imam Ghazali memberikan landasan etika, maqasid, dan orientasi pembersihan diri yang penting agar ilmu dan kekuasaan tidak menyimpang.

Ibnu Rusyd memberikan metode berpikir, kerangka rasional, dan keberanian intelektual untuk menghadapi dunia modern.

Dengan memadukan keduanya, umat Islam dapat membangun peradaban yang berbasis akhlak namun progresif, berakar pada tradisi namun kompatibel dengan sains, berorientasi spiritual namun mampu merespons persoalan modern.

Pengantar dalam tulisan ini mengajak kita selaku Muslim yang prihatin dan peduli tentang Umat Islam di seluruh belahan dunia yang terpuruk dalam segala bidang. Untuk melihat dengan obyektif, bahwa Imam Ghazali dan Ibnu Rusyd bukan simbol pertentangan, tetapi dua pilar apabila disatukan, mampu menjadi fondasi bagi kemajuan Islam dalam pendidikan, ekonomi, sains, hukum, dan kehidupan sosial. 

Peradaban Islam di masa depan membutuhkan ketenangan ruhani Al-Ghazali dan ketegasan rasionalitas Ibnu Rusyd. Dua cahaya yang ketika dipadukan, niscaya mampu menuntun umat Islam menuju kematangan intelektual dan moral. 

 

Penulis: K.H.M. Asep Usman R ( Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura Kota Bandung).

 

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Belajar dari Sejarah, Kepemimpinan Ulama dan Arah Perbaikan Konstitusi

Redaksi

23 Nov 2025

Kemelut yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada masa sekarang tahun 2025, bukanlah peristiwa pertama dalam sejarah perjalanan organisasi ini. NU sebagai organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia dengan ratusan jutaan warga dan ribuan pesantren tentu tidak luput dari dinamika internal, perbedaan pendapat, atau ketegangan antar-elitis. Dalam organisasi besar, gesekan adalah sesuatu yang …

Ibnu Rusyd Pemikir Muslim Independen

Redaksi

14 Nov 2025

Sebelum membicarakan pemikiran Ibnu Rusyd  atau Averoes di dunia Barat biasa disebut, terlebih dahulu mengetahui historiografi atau latar belakang Ibnu Rusyd dan aktivitas intelektualnya, berdasarkan sumber-sumber primer yang saya baca, ini cukup penting diketahui. Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd lahir di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M, di …

Penguasa Kakistokrasi

Redaksi

31 Okt 2025

Majalah The Economist memuat kata tahunan pada tahun 2024 lalu, sangat menarik. Laporan itu memilih frasa “kakistokrasi” untuk menggambarkan kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kembalinya Trump ke Gedung Putih menurut laporan The Economist itu membawa pada konsekuensi penting, bukan saja bagi negara adikuasa itu sendiri, akan tetapi bagi negara tetangga dan …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (II)

Redaksi

28 Okt 2025

Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (I)

Redaksi

24 Okt 2025

Membincang tentang etika (akhlak), pembaharuan, dan kemandirian jadi percakapan rutin Kiai Asep Cijawura (begitu biasa saya menyebut) K.H.M. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura Kota Bandung). Tiga topik yang ditawarkan Kiai Asep tidak saja deskriptif, tetapi sekaligus perspektif sebagai falsafah hidup kesehariannya baik di lingkungan Pesantren maupun jamaahnya. Lanskap ide-ide tersebut juga sangat menarik …

Maulid Nabi : Meneguhkan Nilai Tauhid dan Meneladani Akhlak

Redaksi

04 Sep 2025

Sejak kelahirannya Nabi Muhammad saw adalah manusia paling suci yang mana beliau tidak memiliki sedikitpun keburukan, beliau adalah seorang yang maksum. Moral etik selalu melekat dalam kesehariannya dan menyempurnakan akhlak menjadi misi utama dalam kerasulannya setelah menegakkan ajaran monoteis (Tauhid). Dua misi ini menjadi prinsip dasar ajaran Islam pada masa awal, yaitu doktrin Tauhid dan …

x
x