- OpiniHaji Sarana Legitimasi Raja Jawa, Ngelmu dan Islamisasi di Indonesia
- WartaPembangunan Pusat Kajian Islam Asia Tenggara, Sebagai Amanat Gus Dur Akhirnya Terwujud
- WartaNgeri ! Lebih dari Satu Juta Orang Potensi Niat Bunuh Diri Setiap Minggu Ngobrol dengan chatGPT
- OpiniIslam dan Nalar Arab
- KemandirianKemandirian Melangit dan Membumi (Bag-II)

Ada sejumlah sarjana barat menyebutkan bahwa partisipasi politik kelompok Islam dalam demokrasi merupakan konsep asing yang tak mungkin bisa dipraktikan. Mereka beranggapan ada afiliasi kuat yang tidak mungkin dipisahkan antara hubungan poltik dan agama. Kasarnya, ini bisa dikatakan demokrasi tidak cocok dalam masyarakat Islam.
Pendapat tersebut saya kira keliru. Jika dialamatkan pada wajah Muslim di indonesia, misal pada entitas muslim NU. Mayoritas umat Islam di indonesia tak ada yang berkorelasi negatif terhadap demokrasi, ini dibuktikan pada setiap saat pemilu, mayoritas Muslim Indonesia sangat antusias menyambut sistem demokrasi tersebut.
Oleh karenanya patronase dalam masyarakat Muslim tradisional di indonesia seperti dalam ormas NU, politik kiai jadi arus utama. Dalam tradisi politik kiai penting menjaga relasi negara dan umat.
Memotret politik kiai ini penting, ketika banyak orang berpolitik mempraktikan politik ala Machiavellisme. Pandangan dan praktik Machiavellisme akhir-akhir ini banyak dilakukan para elit politik maupun elit ke-agama-an. Praktik kotor semacam itu terskesan seperti menyandra dan bahkan lumrah dilakukan para poltisi yang terjadi dalam panggung politik kita.
Kalangan Cendekiawan gelisah atas perilaku Machiavellisme yang dipraktikan elit politik akhir-akhir ini terjadi, hal tersebut bisa memicu jadi praktik etik yang lumrah di kalangan masyarakat kita dalam ranah berebut kekuasaan lain.
Machiavellisme di sini dimaknai melakukan politik menghalalkan segala cara bahkan fitnah, untuk mencapai kekuasaannya, bahkan dipraktikan secara pragmatis, dan selalu di dasarkan untuk memuaskan kepentingan segelintir elit, baik itu elit negara atau elit agama (baca; kiai politik).
Sedangkan politik kiai salah satunya menjunjung tinggi moralitas, meski kata orang nir-etik bisa dibilang aneh dalam dunia politik elektoral hari ini masih ada nilai etik.
Selain moral etik sebagai pokok dasar dalam politik kiai adalah politik “maslahah” yaitu melakukan partisipasi politik yang di dasarkan secara penuh pada kepentingan kemaslahatan untuk banyak orang, terutama kepentingan masyarakat kecil dari umatnya. Politik kiai selalu bersandar pada dua aspek tadi yaitu moral dan maslahat.
Etika politik kiai misal dalam memilih pemimpin atau keputusan lainnnya mereka melakukan musyawarah pada Majelis Syura, untuk memutuskan tujuan kemaslahatan umat, mereka tidak melakukan atau bertindak mengikuti semaunya sendiri. Syura sudah menjadi etika tertinggi dalam putusan-putusan politik kiai, ini umumnya dilakukan para kiai yang berada pada satu organisasi (jam’iyah) agama, misalnya.
Sedangkan para kiai yang tidak berada di dalam jam’iyah, mereka umumnya mengikuti putusan poiitik para kiai yang berada di dalam jam’iyah, atau mereka melakukan ijtihad politik di lingkungan mereka dan beristinbath fikih al-Maslahat untuk menyelamatkan umat atas relasi agama dan negara.
Ciri utama politik kiai adalah sikap tawassuth dan i’tidal (moderat atau seimbang) selalu moderat dalam menggunakan argumentasi (dalil) ‘aqli tapi menghubungkan relasi kuat dengan dalil naqli dan tegas terhadap dalil bersifat qat’i serta bersikap tasamuh (toleran) pada dalil yang bersifat dzani. Nalar politik kiai beristinbath pada paradigma fikih yang bersifat fleksibel tidak bertumpu pada politik yang kaku atau rigid seperti ideologisasi yang tok mesti begitu, hitam dan putih.
Distansi Kritis Dengan Kekuasaan
Dalam konteks hubungan dengan negara atau kekuasaan yang sangat kompleksitas itu, di satu sisi politik kiai begitu dekat dengan negara, akan tetapi di saat yang sama politik kiai punya value menarik yaitu kemampuan berjarak (distansı kritis) dengan pemerintah di pihak lain. Sehingga politik kiai tidak selalu mengangguk pada keinginan penguasa yang bersifat merugikan masyarakat banyak. Politik kiai lebih menjaga keseimbangan atau disebut (i’tidal), di sini value menarik dari gerakan politik kiai.
Seperti para kiai NU dahulu menerima Pancasila. Para kiai merasa lega setelah merumuskan tanggapan mengenai Pancasila bahwa para kiai NU tidak lagi berseteru dengan pemerintah, yang mana pemerintah semakin represif terhadap umat Islam yang tidak mau menerima Pancasila pada saat itu, apa yang terjadi pada kasus tanjung periuk peritiwa memilukan, peristiwa itu banyak memakan korban dari umat Islam atas tindakan represif militer terhadap aksi protes anti Pancasila kala itu.
Para kiai sadar mengapa harus menerima Pancasila, jika tidak, ini yang jadi korban duluan dari penguasa ataș penolakan tersebut adalah para pengikut dari masyarakat kecil di desa-desa. Pemerintah Orde Baru telah mengencangkan tekanan memakai tangan militer kepada entitas muslim, tekanan untuk memadamkan aksi protes anti Pancasila.
Maka, politik para kiai NU misalnya, mereka merumuskan pandangan fikih untuk bisa menerima Pancasila. Apa yang dilakukan para kiai adalah untuk kemaslahatan umum yang jauh lebih berarti. Meminjam bahasa Ketua PBNU KH. Ulil Abshar Abdalla memakai istilah “ Multiple-Maslahah.“
Alih-alih politik kiai tidak berseteru dengan pemerintah orde baru, mereka bisa menerima Pancasila. Namun pada saat yang sama terhadap Orde Baru, politik kiai tetap berjarak. Dengan demikian distansi kritis politik kiai tetap konstan hingga saat ini.
Bagaimana pun kiai-kia NU adalah patron dari kekuatan organisasi Islam tradisional terbesar di Indonesia. Karena itu pada masa Orde Baru entitas NU sangat dikhawatirkan oleh pemerintah Orde Baru.
Dengan demikian politik kiai NU selain memiliki relavansi hingga sekarang, juga fleksibel, lentur seperti fikih, dan terus jadi magnet dalam dinamika politik kita, serta sikapnya menjadi dialektika menarik para intelektual.
Misal apa yang terjadi baru-baru ini politik kiai NU ketika menerima tawaran pemerintah Jokowi untuk mengelola tambang, hal tersebut jadi perdebatan menarik berbagai pihak, meski sikap sejumlah di kalangan internal NU hal tersebut jadi khilafiah dan perbedaan fikih merupakan hal biasa dalam tubuh NU. ***
Penulis WS Abdul Aziz Katib Syuriah MWC NU Cicendo Kota Bandung.
Redaksi
31 Okt 2025
Majalah The Economist memuat kata tahunan pada tahun 2024 lalu, sangat menarik. Laporan itu memilih frasa “kakistokrasi” untuk menggambarkan kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kembalinya Trump ke Gedung Putih menurut laporan The Economist itu membawa pada konsekuensi penting, bukan saja bagi negara adikuasa itu sendiri, akan tetapi bagi negara tetangga dan …
Redaksi
28 Okt 2025
Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …
Redaksi
24 Okt 2025
Membincang tentang etika (akhlak), pembaharuan, dan kemandirian jadi percakapan rutin Kiai Asep Cijawura (begitu biasa saya menyebut) K.H.M. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura Kota Bandung). Tiga topik yang ditawarkan Kiai Asep tidak saja deskriptif, tetapi sekaligus perspektif sebagai falsafah hidup kesehariannya baik di lingkungan Pesantren maupun jamaahnya. Lanskap ide-ide tersebut juga sangat menarik …
Redaksi
04 Sep 2025
Sejak kelahirannya Nabi Muhammad saw adalah manusia paling suci yang mana beliau tidak memiliki sedikitpun keburukan, beliau adalah seorang yang maksum. Moral etik selalu melekat dalam kesehariannya dan menyempurnakan akhlak menjadi misi utama dalam kerasulannya setelah menegakkan ajaran monoteis (Tauhid). Dua misi ini menjadi prinsip dasar ajaran Islam pada masa awal, yaitu doktrin Tauhid dan …
Redaksi
24 Mei 2025
Sejak dulu otoritas Syuriah sebagai penentu kebijakan perkumpulan Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan arah organisasi para ulama ini, bahkan lebih jauh arahannya ditunggu jamaah NU, dan bahkan pandangan terkait dengan dinamika politik Nasional isyaratnya sangat menentukan peta NU. Otoritas Syuriah dalam wajah perkumpulan NU dipandang memiliki kekuatan khusus dari intelektual …
Redaksi
21 Mei 2025
Bulan Dzulhijjah merupakan penanda adanya bulan Haji, untuk itu kaum muslimin dari kalangan yang mampu (istatho’a), baik mampu secara fisik, syariat dan finansial, di bulan haji mereka antusias berbondong-bondong untuk menunaikan rukun Islam ke-5 tersebut, tak terkecuali umat Islam di Indonesia, hatta jauh-jauh hari mereka menabung uang untuk beribadah haji ke tanah suci Makkah Arab …
28 Okt 2025 77 views
lingkupminds.com – Lebih dari satu juta pengguna chaGPT setiap minggu mengirimkan pesan “indikator eksplisit potensi perencanaan atau niat bunuh diri”, menurut sebuah postingan blog yang diterbitkan oleh OpenAI pada hari Senin seperti dilansir theguardian 27/10/25. Temuan ini, merupakan bagian dari pembaharuan aplikasi chatbot tersebut menangani percakapan sensitif, hal ini merupakan salah satu pernyataan paling vulgar …
21 Mar 2025 405 views
Kemandirian adalah kemampuan seseorang, komunitas, masyarakat, organisasi, lembaga, instansi atau negara untuk mengatur diri sendiri, membuat kebijakan, keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mengambil tindakan tanpa bergantung pada pihak lain. Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri (sdm maupun sda), sarana dan prasarana dalam …
09 Mar 2025 350 views
Bulan Ramadhan satu pekan lebih Insya Allah kita akan berjumpa dengan bulan penuh berkah, bulan tersebut merupakan bulan penuh ampunan, kita dituntut melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah swt, seperti puasa bagi orang-orang yang beriman yang sanggup untuk menjalankannya, juga bulan itu telah diturunkannya kitab-kitab suci, khususnya Al-Quran,dalam dimensi kemanusian atau sosial pada bulan Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat …
26 Mar 2025 352 views
Bandung,lingkupminds.com – Pondok Pesantren Margasari Cijawura, Kota Bandung, menggelar Haul ke-35 K.H.R. Moch. Burhan atau Apa Eyang Rabu (26/3/2024) / Malam 27 Ramadan 1446 H. Acara tersebut mengangkat tema “Perjuangan dan Keteladanan.“ Cucu K.H.R Moch.Burhan, yaitu K.H.M. Asep Usman Rosadi menjelaskan bahwa tema tersebut mencerminkan pesan utama Apa Eyang, meletakan spirit perjuangan dan meneladani aspek-aspek …
28 Okt 2025 63 views
Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …
10 Mar 2025 293 views
Pada bulan Ramadan di banyak tempat orang-orang berbicara tentang keinginan banyak merengkuh bongkahan tempat peribadatan, berduyun-duyun mendekati Tuhan. Mereka menghabiskan waktu dalam mantra-mantra doa, dzikir, ritual, dan bahkan ibadah secara bersemedi di tempat-tempat sunyi, dan menjauhi hiruk pikuk dunia. Lalu apakah mendekati Tuhan sebatas itu? Para nabi dan tokoh-tokoh spiritual dahulu menunjukkan bahwa kedekatan dengan Tuhan …
10 Mar 2025 284 views
Ada sejumlah sarjana barat menyebutkan bahwa partisipasi politik kelompok Islam dalam demokrasi merupakan konsep asing yang tak mungkin bisa dipraktikan. Mereka beranggapan ada afiliasi kuat yang tidak mungkin dipisahkan antara hubungan poltik dan agama. Kasarnya, ini bisa dikatakan demokrasi tidak cocok dalam masyarakat Islam. Pendapat tersebut saya kira keliru. Jika dialamatkan pada wajah Muslim di …
Comments are not available at the moment.