Home » Opini » Merengkuh Ramadhan Dalam Kesadaran Spiritual dan Sosial

Merengkuh Ramadhan Dalam Kesadaran Spiritual dan Sosial

admin 09 Mar 2025 75

Bulan Ramadhan satu pekan lebih Insya Allah kita akan berjumpa dengan bulan penuh berkah, bulan tersebut merupakan bulan penuh ampunan, kita dituntut melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah swt, seperti puasa bagi orang-orang yang beriman yang sanggup untuk menjalankannya, juga bulan itu telah diturunkannya kitab-kitab suci, khususnya Al-Quran,dalam dimensi kemanusian atau sosial pada  bulan Ramadhan diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, bahkan lebih jauh bulan yang harus dihormati, karena bulan Ramadhan salah satu bulan yang diagungkan Allah, maka Tuhan melarang untuk melakukan perang.

Setiap tahun orang-orang yang beriman sangat antusias menyambut bulan Ramadhan, selanjutnya bulan Ramadhan di akhiri dengan Hari Raya Lebaran atau Idul Fitri (kembali Suci) dan pada hari terakhir Ramadhan digemakan kumandang takbir untuk menyambut hari raya . Sebagaimana firman-Nya dalam QS Al-Baqarah : 185, “..dan sempurnakan hitungan di Bulan Ramadhan, dan kumandangkan takbir, atas semua petunjuk kepada mu agar kamu menjadi orang-orang yang selalu bersyukur”.

Ramadhan tahun ini 2025 M /1446 H semoga kita bisa melewatinya tengan dengan baik, di saat kondisi global dan regional mengalami guncangan ekonomi yang cukup pahit, karena suka atau pun tidak hubungan ibadah di bulan Ramadhan berkaitan langsung dengan perekonomian masyarakat. Ramadhan kali ini tentu berbeda di tengah efisiensi anggaran Negara cukup berdampak terhadap beberapa sektor ekonomi masyarakat, lalu bagaimana kita orang muslim harus bersikap dalam menjalankan ibadah Ramadhan kali ini?

Sebagaimana kita ketahui di bulan Ramadhan perjalanan panjang yang sudah berlangsung ribuan abad lalu ritual tersebut dilakukan oleh segenap kaum muslimin di seluruh dunia, baik itu ibadah ritual dan sosial. Ibadah ritual (Mahdhah) adalah yang berhubungan dengan Allah secara langsung, seperti puasa, tarawih, tadarus Al-Quran, shalawat, dzikir dan sejenisnya. Semua menjadi kebiasaan kaum muslimin yang taat menjalani setiap tahun, dengan harapan adanya, implikasi perjalanan ritual tersebut pada bulan-bulan sesudah Ramadhan.

Akan tetapi selain ritual-ritual ibadah di atas, yang paling fundamental adalah ibadah sosial (Muamalah) selain kajian-kajian aktual yang terkait sosial secara masif diselenggarakan di bulan Ramadhan, hal tersebut tidak lain untuk memotivasi dalam membebaskan kemiskinan, membahagiakan kelompok rentan ekonomi pada bulan Ramadhan dan bulan sesudahnya. Karena pada bulan Ramadhan kita diajarkan hal tersebut lewat pendistribusian bagi masyarakat jelata dengan perintah wajib mengeluarkan zakat fitrah dan bentuk zakat lainnya, juga infaq dan shadaqah, pada umumnya umat Islam banyak dilakukan di bulan Ramadhan.

Tentu hal-hal yang mendasar terkait ibadah ritual dan sosial di atas tidak saja sebagai ajakan yang tidak didukung dengan implementasi, istilah lain no action talk only atau omon-omon saja. Model dakwah lisan yang banyak disampaikan para mubaligh di mimbar-mimbar dan majelis-majelis taklim lewat dakwah lisan tersebut harus selalu terkoneksi dengan dakwah perbuatan ( bil hal ) agar berdampak secara sosial, maka ada pepatah Arab yang terkenal ̈Lisanul hal Afshahu Min Lisanil Maqal ̈ ( Keteladan jauh memberi arti daripada sekedar ucapan). Bahkan lebih jauh Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ, كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ

̈Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan ̈ (Q.S. Ash-Shaff : 2-3).

Menurut Dr.Wahbah Zuhaili ayat tersebut merupakan teguran bagi orang yang berbohong dalam rangka melaksanakan jihad dan lainnya. Dahulu ada beberapa orang yang beriman berkata sebelum perintah jihad dilaksanakan sejumlah orang beriman berkata : ̈ Sekiranya Allah memerintahkan itu, coba bimbing dan tunjukan pada kami amal atau perbuatan tersebut yang paling disukai Allah, niscaya kami nanti akan mengamalkannya. ̈ Lalu Allah memberitahu kepada Muhammad SAW : Bahwa perbuatan yang paling disukai Allah adalah, beriman kepada Allah tanpa ragu, bersungguh-sungguh melawan orang-orang yang durhaka pada Allah, berjuang teresebut didasarkan pada iman kepada Allah, dan iqrar bahwa nabi Muhammad sebagai rasul, akan tetapi ketika terkait perintah jihad sebagian orang-orang yang beriman itu malah enggan melaksanakan perintah tersebut dan merasa berat menjalankan perintah itu. (Dr. Wahbah Zuhaili. Tafsir Al-Wajiz. Hlm.552. Darul Fikr. Libanon).

Maka saat datangnya bulan Ramadhan kita menjadi waktu yang tepat mampu menumbuhkan pada titik kesadaran secara mendasar, seperti menggelitik diri sendiri, tafakur secara serius, muhasabah (evaluasi diri) tazkiyah (mensucikan diri), muraja’ah (mengulang-ulang) sebagaimana firman-Nya dalam surat Adz-Dzariyat ayat 21 :

وَفِىٓ أَنفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

(Begitu juga ada tanda-tanda kebesaran-Nya) pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?).

Sehingga jika dengan demikian kita tidak tersindir oleh ayat Al Quran di atas tadi. Pada titik tersebut akan menimbulkan apa yang disebut muraqabah (mawas diri), selanjutnya puncaknya akan tumbuh kesadaran dan kelezatan spiritual (yaqdhan).

Dan pada bulan Ramadhan adalah jadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran spiritual tersebut, sehingga bila bisa merajut dengan baik akan kesadaran dan kelezatan spiritual pada bulan Ramadhan, insya Allah kita mampu menyisir segala masalah atau problematika diri kita pada bulan-bulan lainnya, bahkan akan tumbuh kedewasaan dalam menghadapi segala masalah di dunia ini setiap waktu.

Oleh sebab itu bulan Ramadhan momentum awal tazkiah atau kesucian hamba menuju ridha ilahi, sehingga bila berakhir bulan Ramadhan kebiasaan itu bisa terus istiqomah dilakukan pada hari-hari diluar bulan Ramadhan, sebagai dampak dari itu adalah adanya 1. Motivasi diri kita terhadap ilmu agama semakin inten memperdalam ilmu agama ( Tafaqquh fiddin). 2. Tumbuh semangat semakin masif bersilaturahmi pada majelis-majelis ilmu. 3. Akan selalu menjaga dari perkara yang haram maupun syubhat (Makan, minum, sandang, pangan, papan dan jenis-jenis lainnya ). 4. Akan berdampak menjaga terhadap amal-amal sunnah ( seperti Shalat Qiyamul Lail dan lain-lain).5. Akan berdampak selalu memperbanyak berdzikir sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

Dengan demikian semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yang mampu merengkuh akan kesadaran spiritual dan sosial baik di bulan Ramadhan atau pun pada bulan-bulan yang lainnya. Merasakan kelezatan ibadah dan membebaskan segala belenggu masalah-masalah yang kita hadapi di dunia dengan ibadah dan sabar. Wallahu A’lam Bish-shawab [].

 

Penulis : K.H. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura dan Wakil Rais Syuriah PCNU Kota Bandung)

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Dari Politisi Menjadi Ulama Terkemuka

admin

15 Mar 2025

Segera setelah Ayah Hisyam II dari dinasti Hakam II memberikan karpet merah pada anak remajanya itu untuk melanjutkan kekuasaan di Cordoba perkiraan antara tahun 976-1009 Masehi, situasi politik di Kota tersebut mulai tak terkendali dan bahkan memburuk. Sebab pejabat-pejabat di lingkaran Istana yang menjadi pelaksana harian politik Hisyam II, sang penguasa yang masih muda itu …

Terminologi Ulama dalam Perspektif Islam

admin

14 Mar 2025

Makna Ulama menurut Al-Qur’an dan Hadits dapat dijelaskan sebagai orang yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam, khususnya dalam hal ilmu tentang Allah, wahyu-Nya, serta ajaran-ajaran Islam. Berikut adalah sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadis yang menyebutkan tentang ulama: 1.Makna Ulama dalam Al-Qur’an Surah Al-Fathir ayat : 28. اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ …

Dari Gus Dur Kita Belajar Tentang Pembaharuan NU (I)

admin

10 Mar 2025

Setelah wafat KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) pada 30 Desember 2009 banyak murid dan pengikutnya menyebut bulan Desember sebagai bulan Gus Dur. Berbagai ucapan, tulisan,opini, esai, meme, dan diskusi-diskusi bertemakan tentang pemikiran Gus Dur diselenggarakan, bertebaran banner, leaflet digital memenuhi linimasa media sosial kita. Jika boleh dikenakan dalam istilah sekarang Point of View (POV) Gus …

Runtuhnya Moral Religiusitas Orang Terkenal

admin

10 Mar 2025

Beberapa hari terakhir media sosial diguncangkan tentang penjual Es Teh yang berjualan di tengah kerumunan acara ke-agama-an dengan penceramah atau seorang mubalig tersohor. Dalam acara tersebut sang mubaligh mempertontonkan etika ujaran yang tidak sepatutnya ia lontarkan terhadap pedagang Es Teh tersebut. Peristiwa viral tersebut mengundang banyak pihak merespon dengan kritik, cemooh, bahkan hujatan terhadap mubaligh kondang …

Islam dan Nalar Arab

admin

10 Mar 2025

Dalam peradabanya Islam merupakan agama yang sangat mempengaruhi dunia, setelah Kristen. Islam selalu diidentikan di mana asal agama tersebut dilahirkan, yaltu bangsa ‘Arab. Tradisi ‘Arab sangat mempengaruhi ajaran Islam. Pada perjalanannya praktik Islam pun selalu tersisipkan nilai-nilai budaya ‘Arab. Sehingga setiap kali Islam ditemui, maka tradisi ‘Arab kita jumpai. Lalu apakah tradisi ‘Arab menjadi praktik dalam …

SUKMA: Inti Kesadaran Manusia — Experimental Philosophy (1)

admin

10 Mar 2025

Suatu penelitian dianggap ilmiah jika memenuhi standar pengujian yang berbasis pada pengamatan. Sayangnya, ilmuan Barat selalu menganggap aktivitas pengamatan identik dengan ‘pengamatan indrawi’ yang berakar pada filsafat empirisme David Hume atau John Locke. Alhasil, apa yang dianggap ilmiah saat ini adalah hasil dari rumusan para filsuf dan saintis di abad-abad revolusi sains di Eropa pada abad …

x
x