Home » Opini » Penguasa Kakistokrasi

Penguasa Kakistokrasi

Redaksi 31 Okt 2025 158

Majalah The Economist memuat kata tahunan pada tahun 2024 lalu, sangat menarik. Laporan itu memilih frasa “kakistokrasi” untuk menggambarkan kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kembalinya Trump ke Gedung Putih menurut laporan The Economist itu membawa pada konsekuensi penting, bukan saja bagi negara adikuasa itu sendiri, akan tetapi bagi negara tetangga dan negara lain di mana pun. 

Kakistokrasi, frasa yang dipilih The Economist dapat menggambarkan gabungan perasaan terkejut, kegembiraan, dan kecemasan yang dirasakan banyak orang di Amerika saat gerakan Make America Great Again (GAMA) kembali berkuasa, pertama kali digagas dalam kampanye Presiden Ronald Reagan pada tahun 1980, lalu jadi jargon kampanye Donald Trump di tahun 2024.

Kekuasaan “kakistokrasi” digambarkan sebagai pemerintahan buruk. Pengertian buruk mengacu pada satu kekuasaan nir-etika dan patrimonialisme. Atau dalam istilah lain dari seorang filsuf Jerman, Hannah Arendt (m.1975)  menyebut sebagai kekuasaan “demagog” dan “destruktif”. Menurut Arendt hal itu sebagai benih menuju kekuasaan otoritarianisme dan totalitarianisme.

Ketika nurani, kepercayaan dan etika sebagai dasar manusia, pada kekuasaan kakistokrasi bukan jadi landasan lagi. Sistem tersebut akan menghancurkan tatanan etika masyarakat. Segelintir elit dan kroni yang tidak kompeten mengontrol dan mengatur kedaulatan orang banyak. Terhadap para pengkritik, kekuasaan kastrokrasi akan selalu curiga, dan dianggap gangguan kekuasaan. Etika akan terlihat remang-remang bahkan nyaris gelap gulita. 

Dalam kekuasaan kakistokrasi segala bentuk pelanggaran yang menjadi keburukan dalam hukum dan etika publik bisa menjadi halal.  Sebut saja nama Matt Gaitz orang yang sudah divonis melakukan kejahatan seksual dan narkoba dengan entengnya dicalonkan jadi penegak hukum tinggi negara AS, atau nama Dan Pete Hegseth, seorang pembawa acara Fox News yang melakukan kejahatan seksual dan terkait sayap ekstrim kanan ditunjuk sebagai menteri pertahanan AS, atau nama John F Kennedy junior, seorang pria dengan pandangan menyesatkan tentang vaksin, dicalonkan jadi menteri kesehatan. Juga, bisa jadi seorang pelanggar kejahatan kemanusian yang telah banyak melakukan genosida bisa diangkat jadi pahlawan.

Kakistokrasian akan menjelma sebagai serigala  yang menggigit semua daging moral manusia. Semua akan dikontrol lewat kekuasaan patrimonialisme di mana tradisi kekuasaan politik dianggap sebagai milik pribadi, model ini sebagai perlawanan segala bentuk ethos dasar-dasar pada manusia. Budaya kakistokrasi  bukan saja terjadi di negara-negara otoriter, akan tetapi pada negara-negara demokrasi sekalipun, bahkan di banyak negara dekolonialis yang sudah menganut berbagai paham ideologi negara yang berdaulat, kerap terjadi, meski instrumen negaranya sudah demokrasi. 

Kekuasaan kakistokrasi bukan terjadi pada entitas kekuasaan negara, akan tetapi bisa jadi dipraktekan pada entitas atau kelompok kekuasaan ormas keagamaan, di mana meraih kekuasaan sudah tidak mengacu pada nilai-nilai etika, aturannya sangat paternalistik yaitu membatasi individu atau kelompok demi kebaikan sendiri atau kelompoknya. Bukan landasan etika dan hukum universal jadi dasar pegangan. 

Poltik kakistokrasi berdasarkan kedekatan yang tidak kompeten, penilaian berdasarkan puja-puji pada kekuasaan oligarki (asal bapak senang). Mengangkat kroni yang tidak kompeten menjadi norma, membagi jabatan seperti membelah kue yang dibagikan berdasarkan kekeluargaan atau kedekatan. Peraturan kekuasaan jadi monopoli segelintir elit untuk mengatur semua personel. Musyawarah untuk mufakat seperti dalam konsep Islam terasa asing di telinga mereka, semua ketentuan ethos politik diabaikan demi ambisi kepuasan pribadi. Nalar logis menjadi ambyar. Kata Sir Stafford Cripps ; peradaban yang hakiki, bahagia, bermoral tidak bisa dibangun di atas basis material yang jahat.[]

 

Penulis : W.S. Abdul Aziz Pegiat  Literasi & Pemikiran di Komunitas LINGKUP.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Konflik PBNU : Historisitas, Oposisi Etik dan Integrasi Kekuasaan.

Redaksi

15 Des 2025

Perselisihan internal dalam tubuh Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) bukanlah anomali dalam sejarah NU. Sejak berdiri 1926, jam’iyah NU mengalami berbagai ketegangan internal yang justru sering menjadi mekanisme penyesuaian organisasi.  Akan tetapi, kemelut Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada periode sekarang (2024–2025) memperlihatkan karakter yang berbeda dari konflik-konflik sebelumnya, khususnya jika dibandingkan dengan era Gus Dur …

Mengintegrasikan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd

Redaksi

26 Nov 2025

Dalam sejarah Intelektual klasik Islam, ada dua nama tokoh terkemuka yang menguncang khasanah kesarjanaan Islam baik di timur maupun di barat, yaitu Imam Ghazali (450–505 H) dan Ibnu Rusyd (520–595 H), mereka berdua sering diposisikan sebagai sosok yang mewakili dua arus pemikiran berbeda : spiritualitas dan rasionalitas, tasawuf dan filsafat, bahasa lainnya hati dan akal. …

Belajar dari Sejarah, Kepemimpinan Ulama dan Arah Perbaikan Konstitusi

Redaksi

23 Nov 2025

Kemelut yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada masa sekarang tahun 2025, bukanlah peristiwa pertama dalam sejarah perjalanan organisasi ini. NU sebagai organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia dengan ratusan jutaan warga dan ribuan pesantren tentu tidak luput dari dinamika internal, perbedaan pendapat, atau ketegangan antar-elitis. Dalam organisasi besar, gesekan adalah sesuatu yang …

Ibnu Rusyd Pemikir Muslim Independen

Redaksi

14 Nov 2025

Sebelum membicarakan pemikiran Ibnu Rusyd  atau Averoes di dunia Barat biasa disebut, terlebih dahulu mengetahui historiografi atau latar belakang Ibnu Rusyd dan aktivitas intelektualnya, berdasarkan sumber-sumber primer yang saya baca, ini cukup penting diketahui. Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd lahir di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M, di …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (II)

Redaksi

28 Okt 2025

Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (I)

Redaksi

24 Okt 2025

Membincang tentang etika (akhlak), pembaharuan, dan kemandirian jadi percakapan rutin Kiai Asep Cijawura (begitu biasa saya menyebut) K.H.M. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura Kota Bandung). Tiga topik yang ditawarkan Kiai Asep tidak saja deskriptif, tetapi sekaligus perspektif sebagai falsafah hidup kesehariannya baik di lingkungan Pesantren maupun jamaahnya. Lanskap ide-ide tersebut juga sangat menarik …

x
x