Home » Kemandirian » Kemandirian Melangit dan Membumi (Bag 1)

Kemandirian Melangit dan Membumi (Bag 1)

admin 19 Mar 2025 446

Kemandirian adalah kemampuan seorang individu, masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, komunitas, dan atau institusi negara untuk mengatur diri sendiri, membuat kebijakan, keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, dan mengambil tindakan tanpa bergantung pada pihak lain. 

Kemandirian juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengelola diri sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri, dan mengembangkan potensi diri sendiri (baca; sumber daya manusia maupun sumber daya alam), sarana dan prasarana dalam segala bidang,misa l kemandirian pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, politik dan lain-lain tanpa campur tangan atau dominasi pihak lain.

Selanjutnya supaya memiliki keunikan dan bercita rasa. Kemandirian dibagi dua jenis yaitu Kemandirian Melangit dan Kemandirian Membumi, dengan penjelasan singkat sebagai berikut :

1. Kemandirian Melangit

Kemandirian Melangit adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat kemandirian ilahi atau spiritual, yang tidak hanya mencakup kebebasan dalam aspek duniawi atau materi, tetapi juga dalam dimensi yang lebih dalam, yaitu dalam aspek spiritual, moral, atau intelektual. Istilah ini mengacu pada sebuah kondisi dimana seseorang tidak hanya mandiri dalam hal fisik atau sosial, tetapi juga dalam pencapaian kesadaran, kedamaian batin, kebebasan pikiran, dan kedewasaan spiritual yang mencapai tingkat yang tinggi berdasarkan Dalil Naqli (Al Quran dan Al-Hadits).

Beberapa dimensi dalam Kemandirian Melangit sesuai keyakinan (aqidah), sebagai berikut :

1. Kemandirian Spiritual

Mengarah pada pencapaian kedamaian dalam diri dan kebebasan dari dorongan atau keinginan duniawi yang berlebihan. Ini berarti seseorang mampu mengendalikan hawa nafsu dan hidup dengan penuh kesadaran spiritual, terhubung dengan dimensi ilahi. 

Berikut Al-Quran terkait kemandirian spiritual :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS. Al-‘Ankabut : 69).

Tafsir Kontemporer : 

Ayat ini menekankan bahwa kemandirian spiritual harus diarahkan untuk berjihad dalam mencari keridhaan Allah SWT.

 

Berikut Hadits terkait kemandirian spiritual :

الْمُسْتَقِلُ الْأَكْبَرُ هُوَ الطَرِيقُ الْأَقْوَمُ إِلَى اللَّهِ.

“Kemandirian spiritual (besar) adalah jalan yang paling lurus untuk mencapai Allah”.

(HR. Ibnu Majah). 

Tafsir Kontemporer : 

Hadits ini menekankan pentingnya memiliki kemandirian spiritual yang kuat untuk mencapai jalan yang lurus dan benar menuju Allah SWT. 

 

2.Kemandirian Intelektual

Berhubungan dengan kemampuan untuk berpikir secara mandiri, tidak terpengaruh oleh dogma atau pengaruh luar yang tidak rasional. Ini adalah pencapaian dimana seseorang mampu berpikir kritis dan merenungkan kehidupan dengan cara yang dalam, tidak hanya berdasarkan ajaran eksternal, tetapi juga dengan introspeksi dan pengetahuan yang lebih tinggi.

Berikut Al Qur’an terkait kemandirian intelektual : 

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab)”. (QS. Ali Imran : 190). 

Tafsir Kontemporer : 

Ayat ini menekankan bahwa alam semesta dan fenomena alam merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT yang dapat dipahami oleh orang-orang yang berakal.

Berikut Hadits terkait kemandirian intelektual :

اطْلُبُوا الْعِلْمَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ وَنِيَّةٍ صَادِقَةٍ.

“Tuntutlah ilmu dengan hati yang bersih dan niat yang baik”.

(HR. Tirmidzi).

Tafsir Kontemporer : 

Hadits ini menekankan pentingnya memiliki niat yang baik dan hati yang bersih dalam menuntut ilmu dan kemandirian intelektual.

 

3.Kemandirian Moral

Berkaitan dengan kebebasan untuk menentukan nilai-nilai moral dan etika hidup, tanpa tergantung pada norma sosial atau tekanan dari masyarakat. Ini mencerminkan kemampuan untuk hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang diyakini sebagai kebaikan yang lebih tinggi dan universal. 

Berikut Al Qur’an terkait kemandirian moral :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyerahkan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menyelesaikan urusan, maka putuskanlah dengan adil”. (QS. An-Nisa’ : 58)

Tafsir Kontemporer : 

Ayat ini menekankan bahwa kemandirian moral harus diarahkan untuk menyerahkan amanat kepada yang berhak dan memutuskan urusan dengan adil.

Berikut Hadits terkait kemandirian moral :

 لَيْسَ أَحَدٌ أَحْرَرَ مِنْ مُتَقَيِ اللَّهِ.

“Tidak ada seorang pun yang lebih merdeka dari pada orang yang takut kepada Allah”.

(HR. Tirmidzi)

Tafsir Kontemporer : 

Hadits ini menekankan bahwa kemandirian moral sejati hanya dapat dicapai dengan takut kepada Allah SWT.

Secara keseluruhan, Kemandirian Melangit mengarah pada pencapaian keseimbangan antara aspek duniawi dan spiritual sesuai keyakinan, yang membawa individu pada kebebasan sejati baik dalam hal batin/rasa (aqidah), pikiran/cipta (fikroh), maupun tindakan/kersa (harokah). Wallahu A’lam Bish-ShawabBersambung…..

 

Penulis : K.H.M. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pesantren Cijawura & Wakil Syuriah PCNU Kota Bandung 2024-2029).

 

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
Mengintegrasikan Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd

Redaksi

26 Nov 2025

Dalam sejarah Intelektual klasik Islam, ada dua nama tokoh terkemuka yang menguncang khasanah kesarjanaan Islam baik di timur maupun di barat, yaitu Imam Ghazali (450–505 H) dan Ibnu Rusyd (520–595 H), mereka berdua sering diposisikan sebagai sosok yang mewakili dua arus pemikiran berbeda : spiritualitas dan rasionalitas, tasawuf dan filsafat, bahasa lainnya hati dan akal. …

Belajar dari Sejarah, Kepemimpinan Ulama dan Arah Perbaikan Konstitusi

Redaksi

23 Nov 2025

Kemelut yang terjadi di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada masa sekarang tahun 2025, bukanlah peristiwa pertama dalam sejarah perjalanan organisasi ini. NU sebagai organisasi sosial-keagamaan terbesar di Indonesia dengan ratusan jutaan warga dan ribuan pesantren tentu tidak luput dari dinamika internal, perbedaan pendapat, atau ketegangan antar-elitis. Dalam organisasi besar, gesekan adalah sesuatu yang …

Ibnu Rusyd Pemikir Muslim Independen

Redaksi

14 Nov 2025

Sebelum membicarakan pemikiran Ibnu Rusyd  atau Averoes di dunia Barat biasa disebut, terlebih dahulu mengetahui historiografi atau latar belakang Ibnu Rusyd dan aktivitas intelektualnya, berdasarkan sumber-sumber primer yang saya baca, ini cukup penting diketahui. Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd lahir di Cordoba pada tahun 520 H/1126 M, di …

Penguasa Kakistokrasi

Redaksi

31 Okt 2025

Majalah The Economist memuat kata tahunan pada tahun 2024 lalu, sangat menarik. Laporan itu memilih frasa “kakistokrasi” untuk menggambarkan kemenangan Donald Trump yang terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Kembalinya Trump ke Gedung Putih menurut laporan The Economist itu membawa pada konsekuensi penting, bukan saja bagi negara adikuasa itu sendiri, akan tetapi bagi negara tetangga dan …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (II)

Redaksi

28 Okt 2025

Absenya Etika dalam Politik Kita Dalam refleksinya Kiai Asep Cijawura merenungkan persoalan mendasar tentang masalah umat sekarang. Yaitu terjadinya krisis moral yang mengakibatkan problem pada kehidupan umat, dan berdampak melahirkan gap dalam segala multidimensi, terutama minat terhadap keilmuan dan kecakapan ekonomi yang mandiri jauh tertinggal. Sebagaimana ulama-ulama pembaharu dahulu Kiai Asep juga berpendapat, pangkalnya ada …

Kiai Asep Cijawura dan Tawarannya (I)

Redaksi

24 Okt 2025

Membincang tentang etika (akhlak), pembaharuan, dan kemandirian jadi percakapan rutin Kiai Asep Cijawura (begitu biasa saya menyebut) K.H.M. Asep Usman Rosadi (Pimpinan Pondok Pesantren Cijawura Kota Bandung). Tiga topik yang ditawarkan Kiai Asep tidak saja deskriptif, tetapi sekaligus perspektif sebagai falsafah hidup kesehariannya baik di lingkungan Pesantren maupun jamaahnya. Lanskap ide-ide tersebut juga sangat menarik …

x
x